Rupiah Anjlok Lagi

Rupiah melemah/Ilustrasi.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat, kembali melemah di luar perkiraan.  
Sambil Menangis, Tyas Mirasih Ungkap Kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Selasa 20 Agustus 2013, rupiah turun tajam di level Rp10.504 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yang melemah dan menyentuh posisi Rp10.451/dolar AS.
Tips Aman Meninggalkan Rumah Saat Mudik Lebaran, Jangan Lupa Pasang CCTV

Bahkan, berdasarkan data Bank Central Asia, rupiah di perdagangan di level Rp11.000 per dolar untuk kurs jual dan Rp10.650 untuk kurs beli.
Pimpinan Golkar di Daerah Minta Airlangga Dipilih secara Aklamasi di Munas, Menurut Sekjen

Pengamat pasar  dari PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengungkapkan bahwa saat ini risiko terhadap rupiah meningkat jika dibandingkan dengan beberapa hari yang lalu. 

"Sekarang, risiko rupiah semakin meningkat, batas melemahnya tidak lagi bisa ditolelir," kata Lana kepada VIVAnews di Jakarta.

Meskipun pelemahan mata uang juga terjadi di negara lain, Lana beranggapan, pelemahan rupiah cenderung lebih dalam sehingga menyebabkan kepanikan yang luar biasa di pasar.

Untuk itu, menurutnya, investor lebih memilih dolar sebagai save haven (investasi aman) saat ini. "Dana mulai keluar dari emerging market, sebab dana asing mulai keluar masuk ke AS, yang dianggap lebih save dan dolar semakin langka," tegasnya.

Kendati demikian, Lana mengaku, meski terjadi kepanikan yang luar biasa tapi kondisi Indonesia tidak terlalu mengkhawatirkan atau lebih baik dari tahun 2008. "Kita tidak sedang menuju kebangkrutan, tapi memang kesannya demikian. Ini tekanan dari spekulan dan memang dari dalam negeri sendiri necara pembayaran kita mengalami defisit, sehingga keadaaan jadi seperti ini," ujarnya.

Melihat kedaan tersebut, Lana pun menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia untuk tidak bergerak gegabah dan sebaiknya menunggu waktu yang tepat untuk intervensi.

"Jangan intervensi terlalu dalam, karena itu juga bahaya untuk cadangan devisa," ujarnya. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya