Depperin Intensifkan Tiga Sentra Garam

VIVAnews - Departemen Perindustrian mencanangkan program intensifikasi industri garam di tiga sentra produksi garam pada tahun depan. Intensifikasi di sentra produksi Sampang dan Cirebon akan bekerjasama dengan PT Garam, sedangkan sentra produksi garam Rembang akan bekerjasama dengan PT Cheetham Salt Indonesia.

"Importansi garam untuk konsumsi rumah tangga sejak tahun 2007 mengalami penurunan, namun garam untuk kebutuhan industri mengalami peningkatan," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat Rapat Kerja dengan Komisi Perdagangan dan Perindustrian DPR RI, Rabu, 25 November 2009.

Salah satu sasaran program kerja Depperin hendak menekan importansi garam untuk kebutuhan industri, terutama industri Chlor Alkali Plant (CAP).

Hidayat menjelaskan, impor terbesar yakni memenuhi kebutuhan industri CAP yang hingga saat ini belum dapat diproduksi di dalam negeri, dengan kebutuhan garam berkadar NaCl minimal 97 persen.

Berdasarkan data Depperin, kebutuhan garam untuk industri CAP mencapai 1,56 ton pada tahun ini. Sementara kebutuhan garam lain untuk rumah tangga (693 ribu ton), industri aneka pangan/pembersoh (460 ribu ton), pengeboran minyak (125 ribu ton), dan lain-lain (50 ribu ton). Sehingga total kebutuhan mencapai, 2,888 juta ton.

Sementara, importansi dari Januari hingga September 2009 mencapai 1,823 juta ton atau lebih dari separuh dari kebutuhan garam nasional.

Hidayat menjelaskan, industri garam nasional masih menghadapi berbagai permasalahan. Dicantaranya, terbatasnya kepemilikan lahan untuk memenuhi produksi skala besar.

"Kepemilikan lahan garam rakyat umumnya hanya berkisar antara 1 hingga 5 hektar, sedangkan yang ideal minimal 1.000 hektar," kata Hidayat.

Selain itu, garam produksi dalam negeri dinilai masih rendah kualitasnya, yang disebabkan masih diterapkannya proses kristalisasi total karena keterbatasan lahan dan singkatnya waktu pungut yang rata-rata 4 hingga 5 hari.

Keterbatasan lahan dan masih tradisionalnya teknologi, menyebabkan produktivitas industri garam masih rendah yakni rata-rata 60 ton per hektar per musim. Sementaram Australia dapat mencapai 350 ton per hektar per musim.

Hidayat menjelaskan, selain program intensifikasi yakni melalui perbaikan sistem manajemen lahan garam di sentra produksi garam, juga akan dilakukan program ekstensifikasi dengan melakukan pemetaan ulang terhadap lahan produktif maupun non produktif.

Beberapa daerah potensial akan dikembang untuk sentra industri garam, yakni Rembang, Bima, Sumbawa (NTB), Teluk Kupang, Ngada (NTT), Jeneponto, dan Takalar (Sulsel).

"Pengembangan lahan garam diantaranya minimal 1.000 hektar di Rembang, Jeneponto, dan Bima, kemudian skala 3.000 hingga 5.000 hektar di Bima, Sumbawa, Teluk Kupang, dan Ngada," kata Hidayat.

Syuting Tak Berizin, Artis dan Kru Variety Show Pick Me Trip In Bali Diperiksa Imigrasi Ngurah Rai
Ilustrasi tahanan diborgol

Tabrak dan Hendak Rampas Mobil, 6 Debt Collector Sadis Ditangkap Polres Labusel

Satuan Reserse Kriminal Polres Labuhanbatu Selatan (Labusel), berhasil menangkap 6 debt colector sadis, yang hendak mengambil mobil korban dengan cara ditabrak.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024