Lahan Berkurang, Produksi Padi Anjlok

Hamparan padi yang sudah menguning terlihat rata dengan tanah
Sumber :
  • Surabaya Post

VIVAnews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat akibat alasan pengurangan lahan sebesar 27 ribu hektare pertahun, membuat produksi padi di wilayah Jawa Barat turun 2,07 persen dibanding angka ramalan sebelumnya.

Wamenkeu: Konflik Israel Vs Iran Kita Perhatikan Sangat Serius 

Sementara itu, angka ramalan (ARAM II) nasional untuk produksi padi tahun ini mencapai 65,15 juta ton atau hanya naik 1,17 persen dibanding tahun lalu.
 
Kepala BPS Rusman Heriawan menuturkan, angka kenaikan ini tidak terlalu tinggi dibanding peningkatan produksi padi pada 2009 lalu yang sempat mencapai 6,75 eprsen. "Itu mungkin adalah angka tertinggi yang pernah dicapai sepanjang sejarah RI," kata dia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Kamis 1 Juli 2010.
 
Penurunan ini tercatat memprihatinkan dan berpotensi mengurangi produksi beras nasional. Bahkan, tidak hanya di Jawa Barat, produksi padi juga menurun terjadi di Nusa Tenggara Barat, dengan angka minus 6,97 persen. "Ini adalah yang tertinggi dibanding lainnya," tutur Rusman.
 
Khusus Jawa Barat, kata Rusman, pengurangan memang terjadi belakangan ini karena sejak tiga atau empat tahun belakangan terus terjadi pengurangan lahan.
 
"Itu dipakai untuk pemukiman, tol, dan lainnya. Makanya, wartawan jangan terus pindah ke Jabar karena menghabiskan lahan," ujar Rusman berkelakar.
 
Akibat latar belakang tersebut, Rusman menambahkan, ARAM II tahun ini hanya meningkat 751 ribu ton atau 1,17 persen dibanding tahun 2009.
 
Namun meski tidak sehebat 2009, kata dia, porsi 1,17 persen tersebut masih mungkin membawa Indonesia pada kondisi swasembada beras. "Kita sudah pernah buktikan tahun 2009, kita tidak impor kecuali cadangan beras yang memang tidak ada," kata dia.

Tentunya, dalam konteks mencapai swasembada beras masih mungkin karena dengan kenaikan 1,17 persen suprlus diperkirakan masih akan mencapai empat juta ton. "Walau kecil tapi tidak mengubah status (swasembada), dan mudah-mudahan tidak ada kepentingan lain untuk impor," ujar Rusman.
 
Menurut data BPS, perubahan terbesar produksi padi tahun ini adalah untuk Jawa Tengah 5,07 persen, Kalimantan Selatan 9,34 persen, Sulawesi Selatan 4,08 persen, Sumatera Selatan 3,72 persen, Jawa Barat minus 2,07 persen dan NTB minus 6,97 persen.
 
"Jawa Barat minus, karena faktor lain adalah tahun lalu bisa panen tiga kali dan tahun ini karena faktor cuaca mungkin hanya dua kali," kata dia.
 
Hal yang sama juga terjadi untuk jagung dan kedelai. Produksi jagung tercatat paling tinggi pernah naik sampai 8,04 persen dan pada tahun ini diperkirakan kenaikannya hanya 2,19 persen atau bertambah 386,79 ribu ton dengan ARAM II sekitar 18,02 juta ton pipilan kering.
 
Untuk jagung ini perubahan terbesar tercatat di Jawa Tengah 6,01 persen, Sumatera Utara 14,73 persen, dan NTB turun 18,02 persen.
 
Angka produksi kedelai tercatat paling tinggi pernah naik 25,63 persen dan tahun ini diperkirakan minus 4,84 persen atau menurun 47,13 ribu ton dengan ARAM II diperkirakan sebesar 927,38 ribu ton.
 
Perubahan terbesar kedelai yang turun nasional itu adalah Jawa Timur minus 3,06 persen, NTB 8,62 persen, lampung minus 38,96 persen, dan Jawa Barat minus 13,27 persen. (umi)

Liburan di Dubai, Shandy Aulia Terdampak Badai Ekstrem
Jokowi pimpin rapat terbatas di istana

Terima Menlu China di Istana, Jokowi Bahas IKN hingga Kereta Cepat Sambung Surabaya

Jokowi menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Istana Kepresidenan. Keduanya membahas kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024