Siapa Bakal Memburu Saham Krakatau Steel?

produk baja lembaran
Sumber :
  • Vivanews

VIVAnews - Pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebentar lagi akan kedatangan perusahaan baja milik pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Perseroan akan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebanyak-banyaknya 3,1 miliar lembar saham baru atau setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan, bernominal Rp500 dengan kisaran harga Rp800-1.150 per saham.

Apakah saham perseroan baja tersebut akan diburu investor dibandingkan perusahaan berbisnis baja lain, yang lebih dulu tercatat (listing) di BEI seperti PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) dan PT Gunawan Dianjaya Tbk (GDST)? Berikut, ulasan analis maupun praktisi saham yang bisa dijadikan bahan pertimbangan.
 
Menurut Deni Hamzah, pengamat pasar modal, saham Krakatau Steel diperkirakan akan diminati para pemodal, seiring perseroan merupakan produsen 96 persen baja nasional. Tentunya, dari sisi pangsa pasar Krakatau kuat.

Putri Anne Blak-blakan Belum Bisa Move On dari Arya Saloka?

"Kalau Jaya Pari dan Gunawan itu produsen baja kelas menengah, bahan bakunya banyak juga dari Krakatau Steel dan impor," ujarnya kepada VIVAnews di Jakarta.

Dia juga mengakui, saham BUMN yang saat ini dibandrol dengan kisaran Rp800-1.150 per saham itu tetap menjanjikan. Sebab, selain milik pemerintah, dikabarkan perusahaan raksasa baja dunia, Ancelor Mittal akan serap saham IPO Krakatau.

"Memang, idealnya atau harga wajar Krakatau adalah Rp1.000 per saham. Sayangnya, kita belum bisa perkirakan apakah ini mahal karena PER (price to earning ratio) belum ada," ujar Deni.

Deni menuturkan, saat ini, saham Jaya Pari Steel berada di harga Rp520, dengan PER 4,3 kali dan price to book value (PBV) 0,7 kali. Sedangkan Gunawan Rp143, dengan PER 5,3 kali dan PBV 1,7 kali.

Adapun Direktur Utama Danareksa Sekuritas Marciano Herman, selaku penjamin pelaksana emisi saham Krakatau Steel mengatakan bahwa tingkat price earning untuk saham perdana Krakatau Steel mencapai 9,75 kali pada harga Rp800 dan 14 kali untuk harga Rp1.150. Sedangkan untuk PER industri baja untuk tahun 2011 mencapai 10,2 kali.

Marciano menuturkan, dalam membandingkan PER ini pihaknya tidak dapat membandingkan perusahaan yang sama. "Di dunia tidak ada yang sama seperti Krakatau Steel," kata dia. Bahkan, dalam membandingkan dengan POSCO rekanan perseroan, ia mengaku belum menjadi pembanding yang seimbang.

"Jika dibandingkan dengan pemain sektor yang sama di BEI, dengan Jaya Pari maupun Gunawan Dianjaya, dua perusahaan ini juga tidak dapat dibandingkan aple to aple," kata Marciano.

Praktisi pasar modal, Arief Budisatria juga sependapat, saham Krakatau Steel tidak bisa dibandingkan secara apple to apple dengan saham yang sudah listing di BEI seperti JPRS dan GDST karena ukuran dan produksinya berbeda. "Tapi, kalau secara sektor sih, bisa dilihat mana yang lebih menjanjikan," ujarnya.

Dia mengakui, Krakatau Steel akan diburu investor asing maupun lokal saat melantai di pasar sekunder. Sebab, produksi perseroan jauh di atas kompetitornya, yakni Jaya Pari Steel dan Gunawan Dianjaya. "Tapi sebaiknya, saham baja BUMN ini dibandrol dengan PBV 1-1,5 kali," tutur Arief.

Seperti diketahui, Krakatau Steel adalah salah satu produsen baja terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara yang memproduksi baja lembaran canai panas (HRC) dan baja lembaran canai dingin (CRC), serta batang kawat baja yang didirikan pada 27 Oktober 1971.

Selama semester I-2010, pendapatan Krakatau naik menjadi Rp9 triliun dibandingkan periode yang sama 2009 yang hanya Rp7,8 triliun. Namun, laba bersih menurun menjadi Rp997,8 miliar dibandingkan tahun lalu yang terbukukan Rp1,1 triliun.

Sementara itu, Jaya Pari Steel adalah perusahaan nasional yang memproduksi plat baja canai panas dengan ketebalan 8 – 25 milimeter. JPRS didirikan tahun 1973 dan memulai kegiatan operasionalnya di tahun 1976. Saat ini, total kapasitas produksi JPRS mencapai 66.000 metrik ton plat per tahun.

Selama semester I-201, pendapatan JPRS naik hingga Rp237,03 miliar atau tumbuh 150,3 persen dibandingkan 2009 Rp94,6 miliar. Laba bersih juga meningkat signifikan dari minus Rp29,7 miliar menjadi Rp38,6 miliar, atau meningkat lebih dari 100 persen.

Sedangkan Gunawan Dianjaya, adala perusahaan yang didirikan pada 1989 dan bergerak dalam bisnis pelat baja, di mana sekitar 70 persen dari total penjualan merupakan ekspor degnan pembeli dari kontraktor galangan kapal, produsen alat berat, pedaganga baja internasional, dan perusahaan konstruksi.

Hingga semester I-2010, GDST berhasil membukukan laba bersih Rp119,087 miliar. Angka ini  meningkat signifikan dibandingkan semester-I 2009 yang masih membukukan rugi sebesar Rp209,213 miliar.

Penyebab positifnya kinerja perseroran adalah penjualan bersih yang tumbuh 7,57 persen menjadi Rp893,448 miliar dari posisi pertengahan tahun sebelumnya sebesar Rp830,559 miliar. (hs)

Syahrini

Syahrini Diduga Hamil, Sudah Masuk Usia 7 Bulan

Awalnya admin akun gosip tersebut menyoroti perbedaan foto yang tiap kali diunggah Syahrini dengan foto paparazi yang didapatkan netizen itu.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024