5 Pasar Ritel Terbaik Negara Berkembang

Pertumbuhan Ekonomi Cina : Beijing
Sumber :
  • AP Photo/Greg Baker

VIVAnews - Perusahaan konsultan manajemen dunia, AT Kearney kembali mengeluarkan laporan pertumbuhan industri ritel terbaik di sejumlah negara berkembang di dunia.

Laporan berjudul Global Retail Development Index (GRDI) 2011 ini menilai kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia dan memeringkatkan mereka berdasarkan sejumlah faktor, di antaranya risiko usaha, populasi penduduk, serta kekayaan yang dikaitkan dengan kondisi industri ritel terkini.

Perwakilan dari AT Kearney, Hana Ben-Shabat, dalam laporan yang dikutip VIVAnews.com dari laman atkearney.com, Selasa, 14 Juni 2011 mengatakan, saat ini masyarakat mau tidak mau harus berpikir untuk berekspansi secara global.

Dengan pertumbuhan pengeluaran belanja konsumen di sejumlah negara berkembang yang sedang dalam masa puncaknya, industri ritel tidak memiliki pilihan lain selain berekspansi bisnis ke sejumlah pasar baru. Langkah itu diperlukan agar perusahaan masih bisa berkompetisi.

Dalam daftar yang dikeluarkan kali ini, Brasil menempati posisi pertama sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan industri ritel terbesar di antara 30 negara lainnya. Tahun sebelumnya, Brasil menempati posisi 5 besar dunia.

Khusus untuk kawasan Asia, GRDI menempatkan Indonesia pada posisi tiga besar sebagai negara dengan pertumbuhan industri ritel terbaik. Posisi teratas untuk kawasan ini ditempati oleh India dan China.

GRDI menilai pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan tetap cerah dengan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor yang tinggi, penjualan ritel yang stabil dan membaiknya kepercayaan konsumen. GRDI memperkirakan bahan pangan merupakan sektor bisnis yang sangat penting bagi kawasan ini, bahkan bisa mencapai dua pertiga dari penjualan ritel.

Berikut adalah 5 negara berkembang Asia dengan pertumbuhan ritel tertinggi:

5. Malaysia: Fokus pada infrastruktur jalan.

Perekonomian Malaysia diperkirakan tumbuh 6,2 persen tahun ini, dan industri ritel senantiasa berkembang selama dua tahun terakhir. Namun, perekonomian negara ini diperkirakan berpotensi mengalami bubble di bidang properti serta tingkat utang rumah tangga yang meningkat.

Pemerintahan dengan populasi penduduk mencapai 28,9 juta ini sedang berupaya mengembangkan bisnis ritel dengan membangun pusat belanja baru di pinggiran kota melalui konsep Big-Box Boulevards (BBB). Pengusaha ritel di negara ini juga ditawari biaya sewa yang rendah.

Dengan konsep ini, Malaysia berangan-angan mengelompokkan industri ritel ke dalam 6 dari 10 bisnis ritel yang berbeda-beda. Sebagai contoh, industri ritel di bidang pakaian, otomotif, perangkat rumah tangga, olahraga, dan furnitur yang akan mengisi satu lokasi boulevard.
  
4. Filipina: Kawasan urban menopang pertumbuhan.

Pertumbuhan industri ritel Filipina tahun ini diharapkan dapat mencapai US$39 miliar (Rp351 triliun) dan menjadi US$42 miliar (Rp378 triliun) pada 2015. Pencapaian itu berkat populasi masyarakat perkotaan yang meningkat serta bertambahnya pengeluaran konsumsi penduduk.

Pertumbuhan ekonomi Filipina juga diperkirakan meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (Compound Annual Growth Ratio/CAGR) 5,3 persen dalam lima tahun mendatang. Sementara itu, pendapatan per kapita dalam periode yang sama juga diharapkan naik 25 persen.

Saat ini, industri ritel Filipina terkonsentrasi di kota metropolitan Manila. Di kawasan perkotaan, sumber pemasukan industri ritel berasal dari keluarga kelas menengah dan kaum profesional.

Filipina tercatat memiliki 40 persen penduduk berusia muda yang menjadi kunci utama pengeluaran konsumsi masa mendatang.  


3. Indonesia: Pertumbuhan dengan underlying yang kuat.

Industri ritel Indonesia tahun ini diperkirakan tumbuh menjadi US$134 miliar (Rp1.206 triliun) dan melonjak menjadi US$223 miliar (Rp2.007 triliun) pada 2015.

Indonesia harus bersyukur dengan underlying ekonominya yang sangat kuat berupa populasi penduduk yang mencapai 235,5 juta jiwa. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga terus naik dengan pertumbuhan infrastruktur industri ritel yang terus meningkat akan menunjang penjualan ritel bahan pangan.

Sektor ritel lain yang bakal tumbuh adalah elektronika yang dipimpin oleh produk komputer, dan diperkirakan tumbuh 13 persen dalam lima tahun mendatang.

2. China: Ekonomi yang makin seksi.

Dalam peringkat GRDI negara berkembang di seluruh dunia, China menempati posisi keenam. Pertumbuhan ekonomi China terus menunjukkan kejutan dengan kenaikan lebih dari 10,3 persen pada 2010 dan diperkirakan sedikit melambat menjadi 9-10 persen tahun ini.

Ukuran pasar ritel China saat ini ditaksir mencapai US$2,1 triliun, atau hampir 50 persen dari pasar ritel Amerika Serikat. Pertumbuhan industri ritel sendiri terus menunjukkan arah positif, di mana terjadi kenaikan sekitar 15 persen antara 2009 dan 2010.

Namun demikian, pasar yang mengalami booming terkadang sering menjadi ancaman pembalikan. Laju inflasi yang terus meningkat dikhawatirkan mengancam belanja konsumsi masyarakat. Selain itu, tingkat suku bunga terus naik empat kali sepanjang 2010.

Beruntung, konsumsi masyarakat China diperkirakan terus positif seiring membaiknya tingkat pendapatan dan prospek tenaga kerja pada masa mendatang. Hal ini diperkuat dengan rencana pemerintah lima tahun ke depan yang akan mengalihkan ketergantungan bahan baku ke konsumsi domestik. Sementara itu, konsumsi masyarakat diperkirakan melonjak menjadi US$100 miliar per tahun. 

1. India: Waktunya masuk ke pasar.

India mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat selama 2010, yakni sebesar 9 persen. Pertumbuhan ekonomi per tahun bakal mencapai 8,7 persen hingga 2016.

Kondisi ini didukung oleh tingkat simpanan dan investasi penduduk yang tinggi, pertumbuhan tenaga kerja yang cepat, serta belanja konsumsi masyarakat yang besar merupakan faktor yang mendukung pertumbuhan industri ritel.

Konsumer India saat ini lebih banyak menghabiskan uangnya untuk membeli bahan-bahan non pangan, dan lebih banyak membeli produk bermerek. Hasilnya, golongan masyarakat konsumtif di negara ini semakin menjamur.

Populasi penduduk yang mencapai 1,2 miliar jiwa, dan diperkirakan melampaui China, merupakan target yang menarik.

Ritel yang sudah terorganisasi (organized retail) di India saat ini tercatat mencapai 7 persen dari pasar ritel India bernilai US$435 miliar (Rp3.915 triliun). Selanjutnya pada 2020, diharapkan meningkat menjadi 20 persen. Selama ini, hampir 70 persen pasar ritel India di dominasi produk pangan.

Sektor lain yang diperkirakan berkembang adalah bisnis ritel di segmen perlengkapan rumah yang bakal tumbuh 20-30 persen pada tahun ini.

Industri ritel di India masih akan didominisi di kawasan kota besar kendati sudah banyak yang melirik kota-kota dengan tingkat lebih kecil.

Walau India dianggap pasar yang seksi untuk industri ritel, peraturan investasi di negara ini masih membatasi pemodal asing masuk pada sektor ini. Investor hanya diperkenankan masuk dengan menggandeng pebisnis lokal atau membentuk perusahaan patungan. (art)

Sekjen Gerindra Sebut Prabowo "The New Sukarno"
Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan

Airlangga: Kader Golkar Siap Ditempatkan di Legislatif maupun Eksekutif

Airlangga Hartarto mengatakan kader Golkar siap ditempatkan di legislatif maupun eksekutif. Dia menanggapi peluang keterlibatan Golkar dalam kabinet Prabowo-Gibran.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024