Tips Agar Anda Tak Tertipu Dalam Berinvestasi

VIVAnews - Sebelum Anda memutuskan membeli produk investasi (seperti reksadana), ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar tidak menyesal di kemudian hari. 

Viral Pengunjung Taman Safari Buka Kaca Mobil di Area Singa, Sudah Ditegur tapi Ngeyel

Berikut di bawah ini, beberapa tips agar Anda tak tertipu produk investasi.

Menurut Manager Mutual Fund Sales Schrooders Yudhi Rangkuti, yang harus dilakukan pertama, cermati siapa yang membuat produk investasi tersebut.

Jika produk itu berupa reksadana, maka cari tahu mengenai siapa Manajer Investasi (MI), lihat bagaimana reputasinya, dan siapa agen penjualnya.

Shin Tae-yong Beber Kondisi Pemain Indonesia U-23: Sangat Down!

Kedua, investor harus teliti membaca prospektus. Hal ini yang biasanya malas dilakukan investor, padahal membaca prospektus adalah suatu langkah keharusan. Sebab, di dalam prospektus termuat siapa MI, orang-orang yang mengelola investasi, track record, serta siapa Bank Kustodian. "Prospektus paling penting didapatkan nasabah pada saat dia membeli reksa dana," kata Yudhi.

Langkah penting yang harus disadari untuk menghindari Anda menyesal di kemudian hari adalah mempertimbangkan risiko yang akan Anda dapatkan.

Masyarakat lebih cenderung mementingkan keuntungan (return) yang bisa didapatkan, dan mengesampingkan risiko yang mungkin timbul di kemudian hari. "Risiko hubungannya dengan return. Kalau return tinggi, risikonya juga tinggi," ujarnya.

Proyek Kantor Prabowo di IKN Senilai Rp 1,7 Triliun Mulai Dilelang

Partner Speaker Exchange Indonesia Lilis Setiadi menambahkan, untuk pemilihan MI, Anda harus betul-betul mengecek apakah MI tersebut terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atau tidak. "Anda juga harus menelisik sejauh mana MI jujur dalam memberikan informasi," tutur dia.

Disini yang perlu diperhatikan adalah siapa saja manajemen yang terlibat, siapa Komite Investasi, bagaimana pengelolaan investasi selama ini, berapa biaya (fee) yang dikenakan, juga apakah tim yang ada di MI mengelola investasi dengan konsisten atau tidak.

Lilis yang juga pernah menjadi Direktur Schrooders itu juga menyarankan agar investor melihat sudah berapa lama MI tersebut berkiprah dalam mengelola produk.

Sebab, kata dia, semakin lama MI berdiri, maka itu MI tersebut sudah melalui tahapan cycle ekonomi di suatu negara. "Dia (MI) pernah mengalami masa-masa krisis, masa-masa bulish (tren menguat), jadi sudah teruji di berbagai kondisi. Di sini kadar pengalaman lebih berharga," ujar Lilis.

Terakhir adalah bagaimana performa dari MI tersebut. Anda bisa mengukur apakah pencapaian produk reksadana Anda berada di atas indeks harga saham gabungan (IHSG) atau sama, atau di bawah IHSG. Bagaimana konsistensi dari performa jika dibandingkan IHSG. "Jika IHSG bulish, reksa dana anda malah jeblok, hal itu harus dipertanyakan," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya