Bank Dunia: Asing Incar Kelas Menengah RI

Sejumlah pencari kerja sedang antre di bursa kerja.
Sumber :
  • AP Photo/Mark Lennihan

VIVAnews - Bank Dunia mengungkapkan kelas menengah di Indonesia saat ini menjadi daya tarik bagi pemodal asing untuk menanamkan investasinya di Tanah Air. Alasannya, kelas masyarakat ini diperkirakan mengalami peningkatan pendapatan dan belanja konsumsi.

Hal tersebut diketahui dari Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia yang dikeluarkan Bank Dunia, Selasa, 28 Juni 2011. "Meningkatnya jumlah kelas menengah menjadi daya tarik bagi penanaman modal asing untuk terus berburu mencari peluang dan pasar baru," seperti dikutip dari laporan tersebut.

Bank Dunia menilai hingga 10 tahun ke depan, jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia akan terus meningkat. Kondisi itu dipastikan akan menambah jumlah orang dalam kelompok kelas menengah yang pastinya menguntungkan produsen dari barang-barang konsumen yang tahan lama.

Peningkatan kelas menengah yang dibarengi outlook positif untuk pertumbuhan ekonomi juga bakal dianggap sebagai sebuah insentif kepada perusahaan asing untuk mencari pasar di Indonesia.

Kondisi ini setidaknya disadari investor asing seperti yang dilakukan oleh L’Oreal dan Honda dengan membangun basis produksi di Indonesia.

Pelat Nomor Kendaraan Hilang, Ini Cara dan Biaya Bikin Barunya

Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003, jumlah kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari populasi. Namun, pada 2010, kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5 persen.

Menurut studi Bank Dunia, kalangan kelas menengah ini terbagi empat kelas. Pertama, kelas menengah dengan pengeluaran harian US$2-4 (38,5 persen). Kedua, kelas menengah dengan pengeluaran harian US$4-6 (11,7 persen).

Ketiga, kelas menengah dengan pengeluaran harian US$6-10 (5 persen) serta golongan menengah dengan pengeluaran harian US$10-20 (1,3 persen).
 
Sektor Tambang
Bank Dunia juga meyakini pertumbuhan investasi asing di sektor lain di Indonesia masih akan cukup tinggi. Perkiraan pertumbuhan yang kuat dan terus berlanjut di China dan India, bersama-sama dengan ekonomi berkembang lainnya, menunjukkan bahwa permintaan komoditas dan harga akan tetap tinggi pada tahun-tahun mendatang.

Dengan demikian, sumber daya alam Indonesia dengan letaknya yang strategis untuk melayani pasar India dan China, akan makin menarik aliran investasi asing ke  sektor-sektor bisnis di Tanah Air. Sebagai contoh, investasi oleh Newmont Mining dan BHP di sektor penggalian dan pertambangan di Kalimantan.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkirakan bahwa investasi asing pada sektor minyak dan gas Indonesia mencapai US$3,2 miliar pada 2011. Sementara itu, Asosiasi Pertambangan Indonesia memperkirakan bahwa modal asing yang mengalir ke sektor tersebut sepanjang tahun mencapai US$8 miliar.

BKPM juga telah mengumumkan bahwa institusinya telah menerima permohonan investasi untuk berbagai sektor mineral, termasuk proyek pabrik aluminium dan nikel di Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. (art)

Remaja Tikam 2 Pendeta Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka Terorisme
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

OJK menilai bahwa risiko yang dihadapi industri perbankan nasional akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu ini masih dapat dimitigasi dengan baik.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024