- VIVAnews/Renne Kawilarang
VIVAnews - Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Investasi, Peter F Gontha, mengatakan pengusaha Indonesia terancam kehilangan pangsa pasar di Uni Eropa, dikalahkan kompetitornya dari China dan Vietnam.
Kadin juga menilai Indonesia relatif kurang banyak dilirik oleh investor asing dari benua Eropa. Hal itu terlihat dari kecilnya porsi investor Eropa dan anggota Uni Eropa di Tanah Air dibandingkan negara ASEAN lainnya.
"Pengusaha kita terancam kehilangan pangsa pasar di Uni Eropa dibanding China dan Vietnam," kata Peter Gontha, pada Rapat Sosialisasi Vision Group Report Indonesia-Uni Eropa di kantor Kadin, Jakarta, Selasa, 20 September 2011.
Gontha menegaskan, posisi Indonesia akan makin dikucilkan dari pasar Eropa, jika negara ini tidak menjalin kerja sama ekonomi secara lebih komprehensif dengan Uni Eropa. Padahal, negara-negara lain sudah mulai gencar menjalankan kerja sama.
Tak hanya pasar yang hilang, Gontha juga menilai jumlah investasi negara-negara Eropa di Indonesia masih terbilang sangat kecil. Dari total investasi Eropa pada 2010 sebesar US$200 miliar di Asia Tenggara, Indonesia hanya bisa meraih investor sebesar US$15 miliar, atau 10 persen.
"Ini lebih kecil jika dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai US$27 miliar atau 13 persen dari investasi Eropa," kata Gontha.
Ketua Vision Group yang juga ekonom CSIS, Djisman Simanjuntak, mengatakan hubungan kerja sama Indonesia dengan Eropa dianggap sehat, kendati secara status quo tidak memuaskan. "Namanya sehat 'kurus', untuk itu diperlukan upaya baru untuk meningkatkan kualitas kerja sama ini," katanya.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Wilson, menyatakan perdagangan maupun investasi Uni Eropa di Indonesia maupun sebaliknya dinilai masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara Asia maupun ASEAN lainnya.
"Hubungan perdagangan Singapura, tiga kali lebih besar daripada hubungan perdagangan Indonesia ke Uni Eropa," kata Wilson.
Negara yang lebih kecil, lanjut Wilson, justru memiliki hubungan perdagangan yang lebih besar daripada Indonesia. Dia mencontohkan Singapura yang memiliki total perdagangan sebesar 42,59 miliar euro atau 1,5 persen dari total perdagangan Uni Eropa. Posisi Singapura berada pada urutan ke-12.
Nilai perdagangan Indonesia ke Eropa juga masih kalah dibandingkan Taiwan yang berada pada posisi 14, serta Malaysia dan Thailand yang masing-masing berada pada posisi 22 dan 24. "Indonesia hanya menempati urutan 32 dengan 20,04 miliar euro atau 0,7 persen dari total perdagangan Eropa," ungkap Wilson.
Wilson menegaskan Uni Eropa sebenarnya sangat tertarik untuk menanamkan investasi di bidang jasa. Selain itu, Uni Eropa sangat berminat mengembangkan perdagangan dan tidak terbatas pada sektor komoditas.
"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Saya rasa tidaklah tepat jika Malaysia memiliki nilai investasi lebih tinggi bila dibandingkan Indonesia, karena mereka memiliki perdagangan yang logis, seharusnya Indonesia bisa," kata dia.
Nilai investasi Uni Eropa di Malaysia tercatat mencapai US$5 miliar. Sementara itu, investasi Uni Eropa di Indonesia hanya US$3 miliar dari total investasi Uni Eropa ke ASEAN sebesar US$35 miliar. (art)