- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menegaskan, tidak akan menambah kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di setiap daerah yang kuotanya habis. Kementerian ESDM justru, tengah fokus mengendalikan distribusi BBM bersubsidi agar tidak melebihi kuota.
"Semua gubernur minta tambah kuota, sedangkan kuotanya kita hanya punya 40 juta kiloliter. Kalau semua minta tambah, saya bilang tidak mungkin menambah," kata Jero Wacik, di Jakarta, Rabu, 9 Mei 2012.
Wacik kembali menegaskan, kuota BBM bersubsidi sebanyak 40 juta kiloliter diperkirakan akan terlampaui. Kondisi itu menyebabkan pihaknya tidak mungkin memenuhi permintaan gubernur yang mengharapkan tambahan kuota BBM.
Dalam upayanya mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi, Kementerian ESDM mengaku tengah mengincar dua sektor usaha yang rawan aktivitas penyimpangan. Sektor pertambangan dan perkebunan dinilai perlu diawasi secara lebih ketat.
"Sekarang yang penting, kita coba tangkap yang bocor-bocor di Kalimantan. Banyak pertambangan dan perkebunan. Kalau dua itu dikontrol jangan pakai BBM bersubsidi, mungkin kuota akan cukup," katanya.
Menurut Wacik, BBM bersubsidi khusus untuk rakyat umum sedangkan pertambangan dan perkebunan harus mempunyai tangki khusus dan membeli langsung dari Pertamina. Selanjutnya, perusahaan milik pemerintah itu akan memasok BBM non-bersubsidi langsung ke pertambangan dan perkebunan.
Dengan mekanisme tersebut, lanjutnya, truk-truk dari pertambangan dan perkebunan seharusnya tidak perlu lagi membeli BBM di stasiun pengisian bahan bakar umum.(asp)