Boediono: Indonesia Negara Ekonomi Komodo

Pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Wakil Presiden Boediono bangga dengan kebangkitan ekonomi Indonesia. Setelah jatuh bangun ditimpa krisis di akhir 1990-an dan 2008, kini ekonomi RI jauh lebih menjanjikan dan memiliki banyak peluang investasi di segala sektor.

Arus Balik Lebaran, Sopir Bus di Terminal Gayatri Tulungagung Kedapatan Positif Narkoba

Bahkan Indonesia mendapat julukan dari The Economist sebagai negara "ekonomi Komodo". Julukan ini untuk menggambarkan ekonomi yang besar dan lincah.

Dalam acara Wharton Global Alumni Forum yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat 22 Juni 2012, Boediono yang juga alumni Universitas Wharton menceritakan perjalanan Indonesia bangkit dari krisis. Krisis 1998 memberikan banyak pelajaran untuk menata perekonomian Indonesia dengan penuh hati-hati, sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.

Indonesia juga selamat dalam krisis global pada 2008. Dalam krisis keuangan Eropa, PDB Indonesia masih berhasil tumbuh 6 persen.

Menurut Boediono hasil ini tak ke luar dari keberuntungan. Kondisi saat ini muncul dari kerja keras pemerintah dan sektor swasta. Banyak BUMN yang telah diprivatisasi atau menjadi perusahaan publik untuk meningkatkan tata kelola perusahaan. "Enam perusahaan BUMN kami masuk dalam Fortune 500 Global Companies," ujar Boediono di Hotel Grand Hyatt.

Ekonomi Indonesia sangat menjanjikan bagi investor. Potensi Indonesia sebagai negara komsumsi dengan pertumbuhan pesat di kelas menengah membuka peluang investasi di sektor perdagangan. Dia lalu menyontohkan, konsumsi daging Indonesia yang masih rendah, hanya 7 kg per kapita per tahun. Jauh dibandingkan Malaysia yang mencapai 47 kg per kapita per tahun. "Jadi potensi pertumbuhannya (konsumsi) masih sangat besar," kata dia.

Boediono juga menyinggung sektor perbankan Indonesia yang memiliki kapitalisasi besar. Indonesia memiliki 120 bank yang aktif di pasar. Di bidang infrastruktur, Indonesia masih membutuhkan listrik dengan daya 25 ribu megawatt di tahun 2020.  Setengah dari kebutuhan ini berasal dari energi panas bumi terbarukan.

Untuk itu ia mengajak komunitas Wharton mengambil peran lebih aktif dan bekerjasama langsung dengan pemerintah. Secara intelektual, Indonesia bisa digambarkan sebagai laboratorium sosial raksasa dengan perekonomian  besar.

Arus Balik Lebaran, 234 Ribu Orang Diprediksi Tinggalkan Bali Melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai
Serangan udara militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina

Konflik Makin Panas, India Larang Warganya Kunjungi Israel dan Iran

Konflik Makin Panas, India Larang Warganya Kunjungi Israel dan Iran

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024