Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Harga emas di pasar AS merosot pada perdagangan Kamis waktu setempat, setelah sebuah laporan menunjukkan bahwa pendapatan per kapita negara tersebut melonjak pada Desember 2012.
Harga emas untuk pengiriman April tercatat turun US$19,60, atau lebih dari satu persen dan bercokol di level US$1.662 per ounce.
Departemen Perdagangan AS menyatakan, pendapatan per kapita melonjak 2,6 persen selama periode November hingga Desember 2012. Kenaikan bulanan itu merupakan yang terbesar sejak 2004.
Pemicu terbesar kenaikan pendapatan itu adalah adanya pembayaran dividen dan bonus yang dikucurkan sejumlah perusahaan.
James Steel, Kepala Riset Komoditas HSBC di New York, menuturkan, berita itu membantu meredakan kekhawatiran investor bahwa ekonomi AS akan mengalami krisis.
Pemerintah, dia menambahkan, menyatakan bahwa tekanan ekonomi mulai mereda dalam tiga bulan terakhir pada tahun lalu. "Laporan kenaikan pendapatan itu sudah cukup untuk menghilangkan sejumlah kecemasan investor dari hari sebelumnya," kata Steel, seperti dikutip dari lamanHuffingtonpost, Jumat 1 Februari 2013.
Sementara itu, para pedagang diketahui mendorong kenaikan harga emas Rabu lalu, seiring ekspektasi Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga pada tingkat terendah dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga yang rendah diketahui dapat melemahkan permintaan untuk dolar dan memacu inflasi, sehingga membuat emas lebih menarik dibandingkan investasi lain.
Sementara itu, dari dalam negeri dilaporkan, harga emas batangan di Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia PT Antam Tbk pada perdagangan Jumat 1 Januari 2013 turun Rp4.000 per gram. Emas batangan Antam dilepas Rp579.200 per gram, dari sebelumnya Rp583.200 per gram.
Untuk emas batangan lima gram dilepas dengan harga Rp2.746.500, ukuran 10 gram Rp5.452.000, dan 25 gram Rp13.555.000. Emas batangan ukuran 250 gram dijual Rp135.000.000. Harga beli kembali (buyback) emas Antam pada perdagangan hari ini juga melemah menjadi Rp515.000 per gram. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
James Steel, Kepala Riset Komoditas HSBC di New York, menuturkan, berita itu membantu meredakan kekhawatiran investor bahwa ekonomi AS akan mengalami krisis.
