Sumber :
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Pemerintah terus mewaspadai fenomena ekonomi dunia yang terjadi saat ini. Sebab, hal tersebut dapat mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2013 yang telah ditetapkan sebesar 6,6-6,8 persen.
Kemungkinan terpangkasnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat sebesar 50 persen pada tahun ini menjadi salah satu pertimbangan. Hal itu terjadi akibat kebijakan pemangkasan belanja negara adidaya tersebut, guna mengatasi jurang fiskal yang terjadi.
Baca Juga :
Sengketa Pilpres Dinilai Jadi Pembelajaran, Saatnya Prabowo-Gibran Ayomi Semua Masyarakat
Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, menjelaskan, tekanan yang terjadi dari dalam negeri akibat tingginya inflasi Februari, ditambah pengaruh krisis ekonomi global, membuat pemerintah harus merespon cepat, mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi pada ekonomi Indonesia.
"Kondisi itu bisa berdampak pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih rendah," ujar Agus di kantornya, Jakarta, Senin 4 Maret 2013.
Saat ini, menurut Agus, jajaran pemerintah sedang berkoordinasi guna menentukan skenario terbaik yang harus dilakukan guna merespon hal tersebut. "Saya ingin sampaikan bahwa kami sedang menyiapkan based scenario ekonomi kita," tambahnya.
Agus menekankan, stabilitas sistem keuangan merupakan suatu area yang harus dijaga saat ini. Hal tersebut, guna memastikan ekonomi Indonesia tetap tumbuh di tengah krisis ekonomi global saat ini.
"Kami terus pantau kondisi dan potensi ekonomi Indonesia dan mempersiapkan kebijakan-kebijakan yang perlu direspon untuk menjaga sistem keuangan dan ekonomi tetap baik," tuturnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Saat ini, menurut Agus, jajaran pemerintah sedang berkoordinasi guna menentukan skenario terbaik yang harus dilakukan guna merespon hal tersebut. "Saya ingin sampaikan bahwa kami sedang menyiapkan based scenario ekonomi kita," tambahnya.