Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
- Pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus level Rp10.000 terhadap dolar Amerika Serikat ditengarai merupakan dampak dari situasi perekonomian global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, Selasa 16 Juli 2013, menilai bahwa kebijakan pemulihan ekonomi AS menjadi pemicu utama pelemahan mata uang negara-negara kawasan Asia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, Selasa 16 Juli 2013, menilai bahwa kebijakan pemulihan ekonomi AS menjadi pemicu utama pelemahan mata uang negara-negara kawasan Asia.
Baca Juga :
Kanye West Dilaporkan Akibat Diduga Meninju Pria yang Melecehkan Istrinya, Bianca Censori
Menurut Hatta, kondisi ini hanya berlangsung sementara dan dalam waktu dekat rupiah akan kembali menguat.
"Jadi, ini bukan karena fundamental kita tidak baik. Tapi, lebih karena penguatan dolar dan situasi makro ekonomi dunia," ujar Hatta di kantornya, Jakarta.
Hatta berharap masyarakat tidak terlalu cemas dengan posisi rupiah saat ini. Karena, upaya intervensi di pasar uang demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ini terus dilakukan.
"Jangan anggap Rp10.000 per dolar AS itu angka psikologis. Tidak ada itu angka psikologis," kata Hatta.
Sebelumnya, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR), Selasa 16 Juli 2013, nilai tukar dibuka di level Rp10.036 per dolar AS. Sementara itu, pada perdagangan sebelumnya, rupiah bercokol di posisi Rp10.024 per dolar AS.
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah adalah dampak sensitif dari ekonomi global, termasuk indikasi membaiknya Amerika Serikat, sehingga menimbulkan tekanan pada nilai tukar negara kawasan. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut Hatta, kondisi ini hanya berlangsung sementara dan dalam waktu dekat rupiah akan kembali menguat.