Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
- Pemerintah memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar ASbakal menguat setelah Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan. Namun hingga saat ini bukannya menguat, rupiah malah bertengger di angka Rp10.000 per dolar AS. Angka tersebut di atas apa yang di asumsikan dalam APBN-P 2013 sebesar Rp 9.600 per dolar AS.
Menteri Keuangan, M Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Selasa 16 Juli 2013 mengakui hal tersebut. Meskipun, neraca perdagangan membaik karena impor migas menurun, situasi ekonomi global akibat kebijakan AS mempengaruhi nilai tukar beberapa negara di dunia.
Baca Juga :
Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya
Menteri Keuangan, M Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Selasa 16 Juli 2013 mengakui hal tersebut. Meskipun, neraca perdagangan membaik karena impor migas menurun, situasi ekonomi global akibat kebijakan AS mempengaruhi nilai tukar beberapa negara di dunia.
Baca Juga :
Terpopuler: Alasan Heerenveen Lepas Nathan Tjoe-A-On, Calon Kiper Timnas Indonesia Sabet Scudetto
"Problemnya, neraca modal karena
quantitative easing
yang dilakukan Ben Bernanke dipercepat, maka modal semuanya mengalir. Jadi itu sebabnya, bukan dari ekspor tapi itu, ini terjadi di semua negara," ujarnya.
Pemerintah menurutnya melihat pelemahan ini, masih dalam batas yang wajar karena diikuti dengan pelemahan mata uang negara-negara lain di kawasan. "Selama rupiah itu melemah sejalan dengan mata uang lain, tidak perlu khawatir, karena
in real time
sama," katanya. (umi)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Problemnya, neraca modal karena