Sumber :
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVAnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Selasa 23 Juli 2013, kembali mengalami tekanan dan betah bertengger di atas Rp10.000. Padahal, kemarin sempat bergerak menguat.
Baca Juga :
Akhirnya Letkol Danu Resmi Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Gantikan Raja Aibon Kogila
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia hari ini, pergerakan rupiah melemah di level Rp10.222 dari sebelumnya Rp10.068 per dolar AS.
Namun, di salah satu gerai penukaran valas, Ayu Masagung, kurs beli dolar AS sudah menembus Rp10.270.
Chief Economist Strategy & Performance Management Division PT Bank Tabungan Negara Tbk, A. Prasetyantoko menuturkan, ada dua penyebab rupiah kembali melemah.
Pertama, mengenai fundamental ekonomi dalam negeri, yaitu tingkat ekspor dan impor. Di mana tercatat, kita kini lebih banyak mengimpor dibandingkan mengekspor.
"Tentunya, hal itu menyebabkan banyaknya uang yang keluar dari sini," ujarnya, saat dihubungi VIVAnews di Jakarta.
Kedua, dia melanjutkan, yaitu mengenai melemahnya laju inflow atau arus dana asing yang masuk ke dalam negeri. "Saat ini terlihat, investasi tidak segencar sebelumnya," kata Prasetyantoko.
Namun, Prasetyantoko mengaku bahwa pertumbuhan ekonomi global turut memengaruhi laju kurs rupiah terhadap dolar AS. "Ya, puncaknya September nanti. Jika ekonomi global pulih, kemungkinan rupiah akan bergerak stabil," ujarnya. (eh)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Pertama, mengenai fundamental ekonomi dalam negeri, yaitu tingkat ekspor dan impor. Di mana tercatat, kita kini lebih banyak mengimpor dibandingkan mengekspor.