BPOM Temukan Takjil Mengandung Pengawet dan Pewarna Berbahaya

Takjil berpengawet
Sumber :
  • Arie Dwi Budiawati/VIVAnews
VIVAnews -
Juventus Gantung Nasib 2 Pemain
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) kembali menemukan adanya berbagai produk tidak memenuhi syarat (TMS) pada panganan takjil semala Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2013. Jenis penganan yang tidak memenuhi syarat itu mengandung bahan pengawet dan pewarna berbahaya.

Kekurangan Real Madrid saat Menang Tipis Atas Mallorca

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, Roy Sparingga, menjelaskan, dari 2.256 sampel makanan yang diambil dari penjaja tradisional, toko, swalayan dan tempat lain khusus menjual makanan buka puasa, ditemukan 297 sampel yang tidak memenuhi syarat.
Juara Sprint Race MotoGP Amerika 2024, Maverick Vinales Tebar Ancaman


"86,84 persen atau 1.959 sampel memenuhi syarat dan 297 sampel atau sebesar 13,16 persen yang tidak memenuhi syarat. Ini merupakan hasil pemantauan di seluruh daerah Indonesia," kata Roy di Jakarta.


Menurut Roy, jenis makanan buka puasa yang diuji adalah agar-agar, bakso, bubur, sirup, lauk-pauk, mie, es, makanan ringan, dan kudapan. Sekitar 40 persen kudapan makanan seperti gorengan tahu dan bakwan mengandung bahan berbahaya, diikuti oleh makanan ringan (17 persen), es/minuman (12 persen), mie (12 persen), lauk pauk (9 persen) sirup (4 persen) dan bubur (3 persen).


Badan pengawasan pangan ini melakukan uji pangan berupa tes formalin, rhodamin B, sakarin, benzoat, methanyl yellow, dan siklamat pada sampling. Dari uji tersebut, ditemukan 13 persen makanan formalin, 12 persen mengandung rhodamin B, 4 persen mengandung boraks, 3 persen mengandung sakarin, 2 persen mengandung benzoat, dan 1 persen methanyl yellow. "Tidak ada produk yang mengandung siklamat," katanya.


Formalin ditemukan di berbagai makanan mie basah, sate, ikan, siomay dan es pisang ijo. Sementara boraks ditemukan di makanan seperti rumput laut, kerupuk, mie basah dan pempek. Pangan yang mengandung sakarin ditemukan di es campur dan es pisang ijo. Sementara pangan yang mengandung rhodamin B ditemukan di mutiara, pacar cina dan koalgn kaling merah.


Dalam tiga tahun terakhir, temuan jajanan buka puasa yang mengandung bahan berbahaya mengalami penurunan. Pada 2011, jumlahnya ada 560 sampel atau 21,27 persen, pada 2012 turun jadi 464 sampel atau 18,29 persen, dan tahun ini sebesar 297 sampel atau 13,19 persen.


Dalam jangka waktu dekat, BPOM beserta Kementerian Kesehatan akan mengeluarkan surat keputusan yang meminta pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap bahan berbahaya. "Ritel harus terdaftar dan diawasi bagaimana bahan berbahaya itu disalurkan dan jangan sampai bocor," kata dia. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya