Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews -
Harga emas dunia menguat tipis satu persen dalam perdagangan Senin, mendekati titik dua minggu tertinggi karena melemahnya data perdagangan Amerika Serikat.
Harga emas spot berada di level US$1.328,91 per ounces karena investor kembali melirik investasi safe haven ini. Sementara harga emas AS naik US$16 per ounces menjadi US$1.328,5 per ounces.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Peringati Hari Kartini, Peran Perempuan dalam Industri 4.0 Jadi Sorotan di Hannover Messe 2024
Harga emas spot berada di level US$1.328,91 per ounces karena investor kembali melirik investasi safe haven ini. Sementara harga emas AS naik US$16 per ounces menjadi US$1.328,5 per ounces.
Baca Juga :
Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat
Data perdagangan AS menunjukkan perdagangan grosir tidak disangka turun dalam dua bulan berturut-turut, memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal dua. Investor saat ini sedang melihat berbagai data ekonomi mengingat bank sentral AS, The Fed, yang akan mengurangi stimulus komoditas.
Sementara itu, harga emas domestik kembali menguat. Harga emas di Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia PT Antam Tbk untuk harga DKI Jakarta naik Rp4.000 menjadi Rp504.000 untuk ukuran 1 gram.
Sementara, ukuran 5 gram dilepas dengan harga Rp2.375.000, ukuran 10 gram dijual Rp4.700.000, untuk ukuran 25 gram dilepas Rp11.675.000, emas batangan ukuran 50 gram dilego Rp23.300.000.
Lalu ukuran emas 100 gram berada di harga Rp46.550.000, ukuran emas 250 gram dijual Rp116.250.000 dan ukuran 500 gram dilepas di harga Rp232.300.000. Sementara harga jual kembali (
buy back
) emas Antam berada di level Rp438.000 per gram.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Data perdagangan AS menunjukkan perdagangan grosir tidak disangka turun dalam dua bulan berturut-turut, memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal dua. Investor saat ini sedang melihat berbagai data ekonomi mengingat bank sentral AS, The Fed, yang akan mengurangi stimulus komoditas.
