Krisis Ekonomi 1998 Berpotensi Menghantui Asia

Ilustrasi krisis ekonomi
Sumber :

VIVAnews - Rencana Bank Sentral Amerika Serikat yang akan menghentikan kebijakan quantitative easing atau pelonggaran kuantitatif, membawa bayang-bayang hantu krisis finansial pada 1998 lalu kembali terjadi.

"Quantitative easing telah menyebabkan gelembung inflasi kredit besar di Asia," kata Regional Economist Daiwa Securities, Kevin Lai seperti dilansir CNBC, Rabu 21 Agustus 2013.

China merupakan contoh paling ekstrim. Ketika krisis pada 2008 lalu dan terjadi perlambatan ekspor, China mengeluarkan paket stimulus terbesar dalam sejarah tapi mendorong total utang terhadap produk domestik bruto melewati 200 persen.

Saham Berdividen, Pilihan Terbaik untuk Investor Konservatif

Gaung krisis keuangan pun mudah terdengar, terlihat dari pertumbuhan kredit sejak 2008 lalu tumbuh cepat, mengarah ke meroketnya harga rumah.

Fokus dunia saat ini sedang tertuju ke India dan Indonesia, dua negara di Asia dengan defisit neraca berjalan terbesar dan sangat tergantung pada modal asing untuk memenuhi kebutuhan. Dalam seminggu terakhir, mata uang India dan Indonesia terjun bebas.

Pemerintah Indonesia melaporkan pelebaran tajam defisit neraca berjalan, terburuk sejak 1996, akibat penurunan nilai ekspor komoditas. Inflasi pun melonjak karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Gejala di India dan Indonesia diperkirakan menjalar ke negara-negara lainnya di Asia Tenggara, karena diperparah oleh perlambatan ekonomi di China, mesin pertumbuhan terbesar di Asia.

Thailand bisa menjadi selanjutnya. Data HSBC menunjukkan utang rumah tangga terhadap produk domestik bruto (GDP) melonjak dari 55 persen pada 2009 menjadi 80 persen per hari ini. Total utang terhadap GDP saat ini berada di level 180 persen.

Sementara itu, Malaysia dilaporkan terjadi peningkatan utang dan ringgit pada awal perdagangan pekan ini turun delapan persen, menyentuh titik terendah dalam tiga tahun terakhir.

"Asia akan memasuki periode stagnasi pertumbuhan selama beberapa tahun mendatang. Asia merupakan tempat manis yang akan berakhir," kata Kepala Ekonom Asia HSBC, Fred Neumann. (asp)

Ilustrasi Gedung KPK.

KPK Ungkap Masih Ada 6 Menteri dan 3 Wakil Menteri Jokowi Belum Lapor LHKPN

KPK mengingatkan tingaal tiga hari lagi tenggat waktu bagi pejabat negara, termasuk menteri untuk melaporkan LHKPN.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024