Peringkat Daya Saing RI dan Malaysia, Siapa Unggul?

Kota Kuala Lumpur
Sumber :
  • Wikimedia Commons

VIVAnews - Laporan World Economic Forum bertajuk Global Competitiveness Report menunjukkan peringkat daya saing Indonesia membaik. Indonesia  memperbaiki peringkat dari posisi 50 pada periode 2012-2013 menjadi 38  untuk periode 2013-2014.

Dalam Global Competitiveness Index, Indonesia memeroleh skor 4,53. Nilai  tersebut masih jauh dibandingkan peringkat pertama, Swiss, dengan skor 5,67.

Usai Ditangkap Polisi, TikToker Galih Loss Minta Maaf, Janji Tak Buat Konten Serupa

Survei itu mengacu pada 12 kriteria daya saing, yaitu kelembagaan, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang dan jasa, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, serta inovasi.

Setelah tiga tahun terjadi penurunan bertahap, peringkat indeks daya saing Indonesia mulai membaik. Meskipun, di tingkat ASEAN, peringkat daya saing Indonesia berada di papan tengah.

Peringkat Indonesia masih kalah dari Singapura di peringkat 2, Malaysia (24), Brunei Darussalam (26), dan Thailand (37). Namun, Indonesia lebih unggul dibanding Filipina di peringkat 59, Vietnam (70), Laos (81), Kamboja (88), dan Myanmar di posisi 139.

Dari 12 kriteria survei peringkat daya saing, Indonesia mencatat perbaikan pada 10 kriteria. Salah satu faktor penopang membaiknya peringkat daya saing RI adalah berlanjutnya pembangunan. Kondisi ini memberikan kontribusi untuk mempertahankan Indonesia mencapai momentum pertumbuhan yang mengesankan.

Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,2 persen per tahun selama satu dekade terakhir. Meski kinerja secara keseluruhan tidak merata, Indonesia mampu meningkatkan pembangunan di bidang infrastruktur.

Setelah bertahun-tahun cenderung diabaikan, Indonesia telah meningkatkan belanja infrastruktur untuk perbaikan jalan, pelabuhan, fasilitas air, dan pembangkit listrik.

Efisiensi pasar tenaga kerja juga membaik, meskipun masih berada di kisaran rendah. Kekakuan dalam pengaturan upah dan partisipasi perempuan dalam lapangan pekerjaan tercatat masih lemah, sehingga memengaruhi kinerja Indonesia di sektor tenaga kerja.

Namun, kualitas lembaga publik dan swasta meningkat, dengan semua
indikator menunjuk ke arah perbaikan.

Secara khusus, Indonesia berada di peringkat yang memuaskan dalam efisiensi pemerintahan. Meskipun, masih ada "noda" yang mengganggu, yakni terkait penyuapan dan keamanan.

Untuk kinerja makro ekonomi, masih ditandai dengan defisit setara 1,3 persen dari produk domestik bruto (PDB), dan utang pemerintah bruto sekitar 24 persen dari PDB. Tingkat inflasi rendah dengan tingkat tabungan melebihi 30 persen PDB.

Sementara itu, untuk daya saing yang terkait kesiapan teknologi, peringkat Indonesia juga meningkat. Sektor swasta mengontribusi paling besar dan semakin agresif dalam mengadopsi teknologi terbaru.

Namun, untuk kesehatan, di beberapa daerah kinerja memburuk, karena kejadian penyakit menular dan angka kematian bayi yang termasuk tinggi.

Lalu, bagaimana dengan salah satu negara serumpun, Malaysia?

Dalam peringkat daya saing yang dikeluarkan World Economic Forum itu,
Malaysia menempati posisi 24 atau kedua di antara negara-negara ASEAN setelah Singapura.

Dalam 12 kriteria peringkat daya saing, Malaysia menonjol untuk efisiensi dan persaingan di pasar barang dan jasa. Untuk kriteria ini, peringkat Malaysia di posisi 10. 

Negeri jiran itu juga mencatat perkembangan baik di pasar keuangan. Untuk kriteria ini, Malaysia menempati peringkat 6. Secara kelembagaan, peringkat Malaysia juga lebih baik dibanding Indonesia.

Dengan ditopang kemudahan berbisnis di negara itu, Malaysia bertengger di posisi 29 untuk kriteria kelembagaan. Malaysia tercatat sebagai satu dari sedikit negara yang mampu mengatasi persoalan korupsi dan birokrasi.

Upaya ini merupakan bagian dari program pengembangan ekonomi dan transformasi pemerintahan.

Malaysia juga mampu meraih posisi 33 untuk kriteria kesehatan dan pendidikan dasar. Selanjutnya, untuk kualitas infrastruktur di peringkat 29. Pencapaian peringkat ini cukup mengesankan, karena infrastruktur dan konektivitas menjadi salah satu kendala utama pembangunan bagi banyak negara.

Pada kriteria kecanggihan berbisnis, Malaysia berada di peringkat 20.
Sementara itu, untuk inovasi, negara tetangga itu di posisi 25.

Keunggulan pada beberapa kriteria itu menjadi sinyal bahwa negara tersebut menyasar penghasilan tinggi pada akhir dekade ini. Namun, di tengah sebagianpenilaian positif itu, defisit anggaran negara mencapai 4,3 persen dari PDB pada 2012.

Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja juga masih rendah, demikian juga untuk kemajuan teknologi. Beberapa faktor ini yang masih menjadi poin lemah dalam peringkat daya saing.

Berikut perbandingan peringkat daya saing RI dan Malaysia. Di antara 12 kriteria, Indonesia hanya unggul untuk daya saing makroekonomi dan ukuran pasar.

1. Kelembagaan
Indonesia: 67
Malaysia: 29

2. Infrastruktur
Indonesia: 61
Malaysia: 29

3. Makroekonomi
Indonesia: 26
Malaysia: 38

4. Kesehatan dan pendidikan dasar
Indonesia: 72
Malaysia: 33

5. Pendidikan tinggi dan pelatihan
Indonesia: 64
Malaysia: 46

6. Efisiensi pasar barang dan jasa
Indonesia: 50
Malaysia: 10

7. Efisiensi pasar tenaga kerja
Indonesia: 103
Malaysia: 25

8. Pengembangan pasar keuangan
Indonesia: 60
Malaysia: 6

9. Kesiapan teknologi
Indonesia: 75
Malaysia: 51

10. Ukuran pasar
Indonesia: 15
Malaysia: 26

11. Kecanggihan bisnis
Indonesia: 37
Malaysia: 20

12. Inovasi
Indonesia: 33
Malaysia: 25

Di Amerika Serikat, Sri Mulyani Bertemu CEO MCC Bahas Transportasi Publik di RI
VIVA Militer: Kasum TNI pimpin upacara laporan kenaikan pangkat 19 Pati TNI

19 Pati TNI Naik Pangkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Upacara Laporan Korps Kenaikan Pangkat dipimpin oleh Kasum TNI Letjen TNI Bambang Ismawan

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024