Terapkan Standardisasi Mainan Anak, Ini Alasan Pemerintah

Berburu Mainan Gratis
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Ada beberapa pertimbangan pemerintah dalam menyusun standar nasional pada mainan anak-anak. Salah satunya adalah keselamatan dan kesehatan konsumen.

Nikita Mirzani Beberkan Pemicu Kandasnya Jalinan Asmara Hingga Soal Kesetiaan

Demikian kata Direktur Industri Tekstil dan Aneka di Kementerian Perindustrian RI, Ramon Bangun. Dia ditemui VIVAnews di Kementerian Perindustrian, Jakarta, hari ini.

"Yang kami kontrol adalah keselamatan dan kesehatan konsumen. Kami tidak mau anak-anak kecil itu bisa terganggu kesehatannya, misalnya zat pewarna mainan yang membuat gatal dan mainan bisa menyebabkan keracunan," kata Ramon. 

Kasus Pemerasan Firli Bahuri Mandek, Kombes Ade Safri: Pasti Tuntas

Selain itu, lanjut Ramon, pemerintah juga mempertimbangkan faktor keselamatan. "Jangan sampai mainan kena di badan anak dan membuat cacat. Itu tujuan utama, supaya tidak membahayakan anak-anak," lanjut dia. 

Kepala Pusat Standardisasi Kementerian Perindustrian, Tony T. H. Sinambela, juga mengungkapkan hal yang sama. Tony mengatakan, pihaknya ingin melindungi konsumen dari mainan-mainan tersebut, terutama konsumen berusia di bawah 14 tahun.

"Misalnya, mainan tersebut tidak boleh mudah terbakar dan harus ada batas kejut listriknya. Memangnya mau kesetrum?" kata dia.

Lebih lanjut Tony mengatakan, Indonesia baru memiliki peraturan standar mainan, sementara negara-negara seperti Jepang, Amerika, dan Singapura sudah menerapkan standar tersebut.

Padahal, Indonesia telah memiliki standar nasional untuk produk lain seperti helm dan kompor.

"Negara-negara maju, maupun yang berkembang sudah punya peraturan toy safety, baik di Jepang, Amerika, dan Singapura. Kita yang belum. Apa mau dibiarkan anak-anak mendapat mainan yang di-reject dan dilempar ke Indonesia?" kata Tony kepada VIVAnews di kantornya.

Menurutnya, para pengusaha, baik eksportir, pengusaha, maupun importir menyambut baik aturan ini.

"Mereka malah senang. Mereka menghadapi persaingan yang tidak sehat. Ada mainan impor yang tidak jelas mutunya masuk dan harganya dijual murah di sini. Sedangkan produsen dan eksportir, kalau mau ekspor, harus mengikuti ketentuan negara tujuan. Importir mainan yang sudah mengikuti standar juga senang ada aturan ini," kata dia.

Harga Murah

Uruguay dan Indonesia Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal

Menurut data Kementerian Perindustrian, pada tahun 2012 volume ekspor mainan sebesar 31,72 juta kg. Nilainya US$326,48 juta.

Sementara impor mainan, volumenya sebesar 41,82 juta kg dengan nilai impor US$138,11 juta. Pada tahun yang sama, produksi mainan sebesar 51,17 juta pieces atau naik 4,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 49,058 juta pieces.

"Banyak barang yang masuk ke sini harganya murah. Volume yang kami impor itu lebih besar daripada yang kami ekspor. Tetapi, nilai ekspornya lebih besar ketimbang nilai impor," ujar Ramon.

Dia menambahkan, produsen mainan dalam negeri mengekspor mainan dengan kualitas yang baik memenuhi standar negara yang dituju. Tetapi, impor mainan ke dalam negeri justru dengan kualitas yang rendah.

"Persaingan jadi tidak fair dan pertumbuhannya kurang. Dengan ada peraturan ini, persaingan jadi fair dan industri mainan (dalam negeri) akan tumbuh," kata Ramon. (ren)

Dokumentasi BNPB

3 Orang Tewas Imbas Longsor dan Banjir Lahar Dingin di Wilayah Gunung Semeru

Banjir Lahar Dingin yang dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi di wilayah Gunung Semeru membuat meluapnya debit air Daerah Aliran Sungai (DAS).

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024